Konseling psikososial dibutuhkan ketika salah satu pihak memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan fungsi mental.
Mengutip publikasi Konseling Psikososial bagi Pelaku Pencurian, konseling psikososial merupakan proses yang dilakukan secara tatap muka antara konselor dan konseli untuk membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku yang dipengaruhi lingkungan.
Merujuk publikasi Woman Trafficking dan Konseling Psikososial sebagai Penolong, konseling psikososial biasanya berhubungan dengan masalah ego yang lemah.
Tujuan konseling psikososial ini untuk memfungsikan ego konseli kembali secara penuh.
Standar keberhasilan dari konseling psikososial terjadi ketika konseli merasa mampu mengatasi masalahnya tanpa menjadikan masa lalu sebagai hambatan.
Konseli mampu mengoptimalkan potensi dirinya demi menggapai impiannya.
Konseling psikososial merupakan proses berkelanjutan dan sistematis yang perlu keberlanjutan antara proses awal, tengah, dan akhir.
Setiap bagian dari proses ini memiliki kegiatan spesifik yang bisa diintegrasikan dengan berbagai pendekatan konseling.
1.
Pembelaan Konseling psikososial membantu konseli untuk mendapat pembelaan atas hak dan kepentingannya yang kurang mendapatkan perhatian.
2.
Pengentasan Fungsi pengentasan dilakukan secara perorangan, sebab tiap masalah seseorang memiliki keunikan masing-masing.
Penanganan pun harus sesuai kondisi masing-masing masalah.
Setiap konselor perlu memiliki berbagai keterampilan dan ketersediaan untuk menangani berbagai masalah.
3.
Penyaluran Konseling psikososial harus berupaya untuk mengenali individu perorangan.Selanjutnya menyalurkan bantuan mengarah kegiatan atau program yang bisa menunjang tercapainya keberhasilan konseling.
1.
Membantu konseli untuk mengkaji perasaannya mengenai kehidupan, peranan, penampilan.
2.
Konselor bisa mendiskusikan tujuan dan masa depan konseli sekaligus potensi yang dimiliki.
Konselor diharapkan membawa konseli untuk melihat hubungan yang signifikan antara masa depan dan tujuan hidup klien dengan kondisinya sekarang.
3.
Konselor bisa mendiskusikan bersama konseli tentang berbagai hambatan untuk mencapai impian atau harapannya.
4.
Konselor mengajak konseli untuk melakukan proses interpretasi dan refleksi untuk mengkaji diri sendiri dan lingkungannya.
Konselor bisa mengarahkan konseli untuk melihat hubungan antara anggapan itu dengan tingkah lakunya.
5.
Konselor membantu konseli untuk menemukan hasrat, kemauan, dan semangat yang lebih baik dalam kaitannya dengan hubungan sosial.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.